♥♥.•*´¨`*•. (`'•.¸ (`'•.¸*¤* ¸.•'´) ¸.•'´) .•*´¨`*•.♥♥ ♥♥ ♥♥
******JIKA BAHAGIA SEDERHANA ******
♥♥ ♥♥ ♥♥•.¸¸.•*♥`(¸.•'´ (¸.•'´*¤* `'•.¸) `'•.¸)
♥`*•.¸¸.•♥♥ بِسْــــــ...ــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــم ✿.。.:* *.:。.✿✿.。.:* *.:。.✿✿.。.:* *.:。.✿✿. ♥♥ [*]
Sayang… Ingatkah pada sebuah waktu dalam pelayaran bahtera rumah tangga kita Bersama kita menghitung sisa gaji sampai akhir bulan Saat kita menyusun menu hari demi hari Di ruang tengah beralas tikar plastik Dan kita berebut menghabiskan sepiring nasi agar tak bersisa esok hari Tapi kita tertawa dan bercengkerama Layaknya pangeran dan putri raja pada sebuah istana Hingga tertidur dihadapan televisi kecil yang masih menyala Sayang… Jika bahagia sesederhana ini Sebenarnya apa yang kita cari? [**] Kawan… Ingatkah pada sebuah titik pada perjalanan kita Saat kita mengumpulkan kepeng-kepeng dari saku lusuh kita Untuk sebungkus nasi berlauk tempe dan tahu Lalu kau minta sesendok sambal gratis Dari penjaga warung yang tersenyum manis Tapi kita semua tertawa Kita makan bak jamuan pesta raja Dan malam pun berlalu walau tanpa kopi Kawan… Jika bahagia sesederhana ini Sebenarnya apa yang kita cari? “Ya Allah berikan Aku sifat qana’ah terhadap apa yang telah engkau rizkikan kepadaku, berkahilah pemberian itu dan gantilah segala yang luput (hilang) dariku dengan yang lebih baik.” (HR. Al-Hakim) ***DM-20111011, Pbm; dari bilik sederhana di ruang hati Dalam suatu kisah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam: Suatu hari ‘Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu menemui Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam di kamar beliau, lalu ‘Umar mendapati beliau tengah berbaring di atas sebuah tikar usang yang pinggirnya telah digerogoti oleh kemiskinan (lapuk). Tikar membekas di belikat beliau, bantal yang keras membekas di bawah kepala beliau, dan kulit samakan membekas di kepala beliau. Di salah satu sudut kamar itu terdapat gandum sekitar satu gantang. Di bawah dinding terdapat qarzh (semacam tumbuhan untuk menyamak kulit). Maka air mata ‘Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu meleleh dan ia tidak kuasa menahan tangis karena iba dengan kondisi Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam. Lalu Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bertanya sambil melihat air mata ‘Umar yang berjatuhan, “Apa yang membuatmu menangis, Wahai Ibnu Khaththab?” ‘Umar radhiyallahu ‘anhu menjawab dengan kata-kata yang bercampur-aduk dengan air mata dan perasaannya yang terbakar, “Wahai Nabi Allah, bagaimana aku tidak menangis, sedangkan tikar ini membekas di belikat Anda, sedangkan aku tidak melihat apa-apa di lemari Anda? Kisra dan kaisar duduk di atas tilam dari emas dan kasur dari beludru dan sutera, dan dikelilingi buah-buahan dan sungai-sungai, sementara Anda adalah Nabi dan manusia pilihan Allah!” Lalu Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab dengan senyum tersungging di bibir beliau: “Wahai Ibnu Khaththab, kebaikan mereka dipercepat datangnya, dan kebaikan itu pasti terputus. Sementara kita adalah kaum yang kebaikannya ditunda hingga hari akhir. Tidakkah engkau rela jika akhirat untuk kita dan dunia untuk mereka?” ‘Umar menjawab, “Aku rela.” (HR. Hakim, Ibnu Hibban dan Ahmad) Dalam riwayat lain disebutkan, ‘Umar berkata, “Wahai Rasulullah, sebaiknya Anda memakai tikar yang lebih lembut dari tikar ini.” Lalu, Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab dengan khusyuk dan merendah diri, “Apa urusanku dengan dunia? Perumpamaan diriku dengan dunia itu tidak lain seperti orang yang berkendara di suatu hari di musim panas, lalu ia berteduh di bawah sebuah pohon, kemudian ia pergi dan meninggalkannya.” (HR. Tirmidzi) Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Lihatlah kepada orang yang lebih rendah dari kamu dan janganlah melihat kepada orang yang lebih tinggi darimu. Yang demikian itu lebih layak agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah” (HR. Bukhari dan Muslim) Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bukanlah orang yang kaya itu adalah orang banyak hartanya, akan tetapi yang disebut orang kaya adalah orang yang kaya hati”. (HR. Bukhari) Ungkapan Nabi di atas merupakan landasan dari sifat Qonaah (Merasa cukup atas nikmat Allah). Qanaah merupakan satu dari sifat-sifat terpuji yang harus dimilki oleh setiap Muslim. Lalu apa dan bagaimana Qanaah itu? As Syaikh Ahmad Ar Rifa’i dalam kitabnya yang berjudul Riayatal Himmah Juz akhir berkata: Qonaah menurut bahasa artinya tenang, sedangkan makna terminologi syar’i yaitu tenang hatinya mengharap ridho’ Allah semata serta mengambil dunia seperlunya sesuai dengan kebutuhan, sekira dapat digunakan untuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Lebih lanjut As Syaikh menegaskan, Al Qoni’u Ghoniyyun walau kana juu’a (Orang yang qonaah itu kaya walaupun ia kelaparan). Orang yang memiliki jiwa qonaah akan selalu menampakkan rasa syukur atas anugerah yang diberikan Allah kepadanya tanpa sedikitpun mengharap apa yang bukan menjadi bagiannya. Sehingga rasa bahagia akan menyelinap kedalam hatinya dan terpancar dari mukanya yang penuh kegembiraan. Dia tidak akan pernah mengeluh apalagi memprotes kebijakan Allah Subhanahu wa ta’ala atas dirinya, sebab ia merasa bahwa anugerah Iman, Islam dan Ibadah yang diberikan kepadanya sudah lebih dari cukup untuk membuatnya tetap tersenyum di dunia dan akherat kelak. Ia akan selalu bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Allah keadanya pada saat itu. Dengan bersyukur ia akan mendapatkan ketenangan dan ketenteraman hati. Sebuah kenikmatan yang tidak dapat diukur dengan banyaknya harta. “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu…”” (QS. Ibrahim: 7) Pandangan hatinya selalu tertuju pada bagaimana ia dapat menjalankan perintah Allah secara totalitas sebagaimana yang di ajarkan oleh Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam sembari hatinya senantiasa bergantung pada Fadhol dari Alloh Subhanahu wa ta’ala. Menurutnya harta berupa ilmu dan ibadah lebih berarti dibanding harta yang bersifat kebendaan. Sebab adakalanya harta yang bersifat kebendaan justru akan menyeret sang empunya terjerembab dalam lubang kehinaan yang abadi yaitu neraka. Intinya, qonaah adalah merasa tenang dan terima terhadap apa yang diberikan oleh Allah kepadanya, tidak cinta dunia, tamak, rakus ataupun menjadikan dunia sebagai tujuan hidupnya semata. Islam tidak melarang umatnya mencari kehidupan dunia, akan tetapi dunia haruslah dijadikan sebagai sarana dalam menggapai kebahagiaan Akherat. Itulah yang dimaksud oleh Allah dalam firman-Nya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi…” (QS. Al-Qhashas: 77) Bukan malah menjadikan akherat sebagai kendaraan untuk mencari dunia. Carilah dunia, tapi gunakanlah dunia itu untuk berbakti kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Isa Putra Maryam ‘alaihissalam bersabda kepada hawariyyun (murid-muridnya): “Janganlah kamu menuhankan dunia, niscaya ia akan menjadikan kamu sebagai budak. Lewatilah dunia ini dan jangan kamu meramaikannya. Ketahuilah, pangkal segala dosa adalah cinta dunia. Seringkali hawa nafsu mewariskan kesedihan yang berkepanjangan. Jika dunia bersarang dalam hati seseorang, ia akan meninggalkan tiga perkara; Kesibukan yang tak kenal lelah, kekurangan yang tak kenal puas, dan angan-angan tanpa batas. Dunia itu mencari dan dicari. Orang yang menginginkan akhirat akan dicari oleh dunia, hingga rezeki yang ditentukan untuknya disempurnakan. Adapun orang-orang yang mencari dunia, kelak dunia itu diambil oleh kehidupan akhirat. Hingga ketika maut datang ia akan merampas dunia itu dari lehernya. Wahai para hawariyyun! Relakanlah sedikit dunia, asal kamu selamat dalam agamamu. Janganlah bersikap seperti pecinta dunia yang rela dengan sedikit agama asal mereka menggapai kepuasan dunia” (Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dalam kitab ‘Uddatu Ash-Shabirin wa Dzakhiratu asy-Syakirin) Terakhir ada perkataan Imam Ghozali yang sangat terkenal; ”Ad Dunya Dzillun Zail” (Dunia adalah bayang-bayang yang akan menghilang) untuk apa mengejar bayangan kalau kebahagiaan yang hakiki ada didepan mata. Selalu hidup qonaah maka kebahagiaan akan menyambangi setiap detik dalam kehidupan kita. Insya Allah… Wallahu 'Alam Semoga Bermanfaat. ƸӜƷ.¸¸¸.••..ƸӜƷ..••.¸¸¸.ƸӜƷ..•
♫•*¨*•.¸¸¸Share Note's By: David Muhammad .•*¨*•♫
♥::♥::♥::♥::♥::♥::♥::♥::♥: :♥::♥::♥::♥::♥::♥::♥ (´'`v´'`)
Smoga artikel ini bermanfaat..InsyaAllah `•.¸.•´♫
¤*¨*ღ☆ღ*¨*¤.¸¸.¸¸.¤*¨*
(¸.•´ (¸.•´ ♥♥SALAM UHIBBUKUM FILLAH ♥ Aamiin ya Robbal 'alamiin ♥♫♥♫
♫•*¨*•.¸ﷲ¸.•*¨*•♫♥:♫*ღ☆ღ*¨ *¤.¸¸.¸¸.¤*¨*ღ☆ღ*♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ•♫
(♥)(♥)(♥)(♥)(♥)(♥)(♥)(♥)(♥)(♥) (♥)(♥)(♥)(♥)(♥)(♥)(♥)(♥)(♥)(♥) (♥)
No comments:
Post a Comment